-->

Kaidah-kaidah dan Permasalahan shufrah, Kudrah dan al-Qushshatul Baidha'

Kaidah-kaidah dan Permasalahan 
Shufrah, Kudrah dan al-Qushshatul Baidha'

Kaidah-kaidah dan Permasalahan shufrah, Kudrah dan al-Qushshatul Baidha':

⦁ Shufrah dan kudrah yang keluar pada masa haidh, maka ia termasuk haidh. 
Misalnya: Seorang wanita biasa haidh selama lima hari, lalu pada satu bulan tertentu atau seterusnya ia mengeluarkan darah selama dua hari, lalu pada hari ke tiga keluar shufrah dan kudrah, kemudian dua hari terakhir keluar darah, maka berarti masa lima hari keseluruhanya adalah masa haidh. 

⦁ shufrah dan kudrah jika bersambung dengan hari-hari haidh sebelum masa suci, maka ia termasuk haidh. 
Misalnya: Seorang wanita mengalami haidh selama lima hari, lalu setelah itu keluar shufrah dan kudrah selama dua hari, lalu keluar lendir putih, maka itu berarti masa tujuh hari keseluruhannya adalah masa haidh. 

⦁ shufrah dan kudrah tidak dianggap apa-apa setelah masa suci. 
Misalnya: Seorang wanita selesai dari haidh, lalu ia melihat tanda suci, dan setelah itu ia mendapati shufrah dan kudrah, maka ini bukanlah haidh. Namun shufrah dan kudrah ketika itu dianggap seba-gai istihadhah. Hendaknya ia berwudhu di setiap waktu shalat dan membersihkan pakaian yang terkena cairan tersebut. 
Kaidah: shufrah dan kudrah apabila terjadi pada masa haidh atau bersambung dengannya sebelum datangnya masa suci, maka ia dianggap sebagai haidh. Ummu Athiyah رضي الله عنها pernah berkata, "Kami tidak menganggap shufrah dan kudrah sebagai haidh setelah masa suci." ( Riwayat al-Bukhari dan Abu Dawud, dan lafazh ini adalah miliknya dengan tambahan ini) 

⦁ shufrah dan kudrah yang terjadi sebelum keluarnya darah atau terjadi pada masa haidh dengan disertai rasa sakit ketika haidh, atau ia datang sebelum keluarnya darah secara terus-menerus, maka dianggap sebagai haidh, dengan rincian sebagai berikut: 
a). Jika shufrah dan kudrah keluarnya tersendat-sendat sebelum datangnya haidh dengan disertai rasa sakit ketika haidh, maka ia dianggap haidh. 
Misalnya: Jika seorang wanita melihat shufrah dan kudrah dalam jangka waktu satu hari atau dua hari atau pun tiga hari dengan disertai rasa sakit sebagaimana rasa sakit waktu haidh, lalu datang ke-padanya haidh, maka tiga hari yang pertama sebelum haidh juga dianggap haidh. 
b). Jika shufrah dan kudrah keluar secara terputus-putus sebelum masa haidh tanpa disertai rasa sakit waktu haidh, maka dihitung sebagai istihadhah. 
c). Jika shufrah dan kudrah keluar terus-menerus hingga datangnya haidh, maka ia dianggap haidh. 
Misalnya: Seorang wanita melihat shufrah dan kudrah selama tiga hari terus-menerus, lalu pada hari keempat ia mengalami haidh, maka tiga hari sebelumnya adalah haidh juga. 
d). Jika shufrah dan kudrah keluar pada hari pertama haidh dengan disertai rasa sakit waktu haidh, maka dianggap sebagai haidh. 

⦁ Keluarnya garis/benang tipis berwarna hitam pada cairan pada hari-hari pertama haidh dengan disertai rasa sakit, maka dianggap sebagai haidh dengan syarat keluarnya garis-garis/benang-benang tipis pada cairan itu cecara terus menerus dengan tidak ada masa kering. Adapun jika garis-garis/benang-benang tipis itu keluar, lalu berhenti, maka ia bukan haidh, sebab haidh itu tidak terjadi kurang dari sehari semalam sebagaimana dijelaskan sebelumnya. 

⦁ Jika seorang wanita melihat tanda suci berupa al-qushshatul baidha' (lendir putih), lalu mengalami shufrah dan kudrah, lalu keluar al-qushshatul baidha', kemudian shufrah dan kudrah, maka al-qush-shatul baidha' (lendir putih) yang pertama adalah tanda masa suci. 

⦁ Jika warna shufrah dan kudrah yang bersambung dengan darah haidh berubah secara perlahan-lahan dari warna coklat ke warna kuning, dan terjadi terus-menerus, maka hendaknya seorang wanita menunggu sampai ia melihat masa suci [keluarnya al-qushshatul baidha' (lendir putih) atau jafaf (keringnya kemaluan)]. 

Adapun jika meningkat kepada warna kuning akan tetapi berhenti, dan ia tidak melihatnya kecuali hanya sekali saja, misalnya dalam sehari, sedangkan keluarnya lendir putih mengalami keterlambatan, misalnya tiga hari, maka masa suci terjadi ketika awal melihat warna kuning yang berhenti itu.

Penulis: 
Syaikhah binti Muhammad al-Qasim

#

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter