Riya’ Dalam Ibadah
Pembaca semuanya, semoga Allah senantiasa melimahkan taufiqNya kepada kita semua, sehingga kita bisa melihat dengan jelas bahwa yang haq (benar) itu benar, dan yang bathil (salah) itu salah. Benar-benar gamblang dan jelas di "mata" kita, sehingga kita benar-benar bisa membedakan diantara keduanya. Sehingga kita diberi pertolongan olehNya untuk biasa mengikuti yang haq dan menjauhi yang bathil.
Saudara dan saudariku semua, akhyl kariim wa ukhtyl muslimah, di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya’* dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain maka ia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya shalat agar dilihat orang lain. Allah Tabaroka wata’ala berfirman :
Saudara dan saudariku semua, akhyl kariim wa ukhtyl muslimah, di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya’* dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain maka ia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya shalat agar dilihat orang lain. Allah Tabaroka wata’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apa bila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan Allah. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An Nisaa : 142)
image: pixabay.com |
Demikian juga
jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh
orang lain, ia termasuk syirik kecil. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
memberi peringatan kepada mereka dalam hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Abbas
Radhiallahu’anhu :
“Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah, niscaya Allah akan menyebarkan aibnya dan barang siapa melakukan perbuatan riya’ niscaya Allah akan menyebarkan aibnya”. (HR. Muslim :4/2289)
Barangsiapa
melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di
samping ridha Allah maka amalannya menjadi sia-sia belaka, seperti disebutkan
dalam hadits qudsi :
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik, barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak aku terima) amal syiriknya”. (HR. Muslim. Hadits no : 2985)
Barangsiapa
melakukan suatu amal shalih, tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya’,
tetapi ia membenci perasaan tersebut berusaha melawan dan menyingkirkannya maka
amalannya tetap sah. Berbeda halnya jika ia hanya diam dengan timbulnya perasaan
riya’ tersebut, tidak berusaha menyingkirkan bahkan malah menikmatinya maka
menurut sebagian besar ulama, amal yang dilakukannya menjadi batal dan
sia-sia.
_____________
* Riya: pamer (melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain/untuk dipamerkan-pemilik blog)
Post a Comment
Post a Comment